Freedom of Beliefs; Is it just a myth?
Ketika saya masih duduk di bangku SD, saya ingat saya selalu diajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan di dunia ini. Agama boleh berbeda, tapi Tuhan tetap satu. Sama dan tidak berubah. Tapi nampaknya hal itu tidak lagi berlaku di zaman sekarang.
Jangan salah, sampai sekarang bagi saya Tuhan memang satu, manusialah yang berbeda. Tiap orang mempunyai persepsi dan image berbeda tentang Tuhan, yang didasarkan pada kepercayaan yang mereka pilih. Tidak ada yang salah dengan ini. Namun, yang saya lihat sekarang justru sebuah realita di mana orang-orang menganggap tuhan mereka lah yang benar, yang dipercayai orang lain adalah sesat, atau bahkan sebuah bentuk penyembahan berhala. Bagi saya, hal ini sungguh miris. Ketika di mulut orang-orang berkata bahwa kita punya kebebasan memeluk agama apapun yang kita yakini, di belakang orang-orang tersebut diam-diam menghujat mereka yang punya keyakinan berbeda. Orang dengan kepercayaan 'A', merasa bahwa orang yang memeluk agama 'B' sebagai orang bodoh yang tersesat, yang salah arah dan percaya tuhan yang salah. Demikian juga sebaliknya. Semua merasa punya tuhan masing-masing. Saya jadi bertanya, ada berapa banyak tuhan di semesta ini? Jika tiap agama punya tuhan, bisa kita bayangkan betapa penuhnya langit (yang katanya tempat tuhan bersemayam) dengan tuhan-tuhan tersebut, mungkin saling berebut tahta seperti orang-orang di dunia ini, yang saling rebutan 'umat', dengan embel-embel menyelamatkan dari kematian abadi dan api neraka.
Yang saya bingungkan, apa sekarang yang namanya kebebasan beragama itu masih ada? Ketika di hukum tertulis dan PBB mengakui kebebasan beragama, masyarakat punya pandangan agama merekalah yang paling benar, yang lain salah, yang lain bodoh, yang lain setan. Sedangkan saya merasa sendirian, dan terpaksa bungkam, sebelum saya dianggap sebagai penyihir dan dibakar di tiang kayu hidup-hidup. Apa cuma saya yang berpikir bahwa Tuhan itu cuma satu? Tuhan itu Esa? Hanya cara kita menyembah Nya yang berbeda? Apakah itu membuat kepercayaan kita lebih superior daripada yang lain? Tidak. Karena kalau ini yang anda percayai, berarti anda percaya bahwa hanya boleh ada satu agama di dunia ini, agama anda. Ah, betapa bangganya melihat orang pindah ke agama anda, dan bersorak dalam hati, 'satu jiwa lagi terselamatkan'. Mengapa semuanya jadi terlihat seperti salesman yang saling berebut pelanggan? Lalu di mana letak kebebasan beragama itu sebenarnya? Apa masih disebut bebas kalau kita dalam hati menganggap bahwa agama kita paling benar? Kalau kita masih berusaha menarik orang-orang di sekitar kita untuk memeluk keyakinan yang sama dengan kita? Kalau ketika seseorang dengan agama tertentu tertangkap melakukan tindakan kriminal atau asusila, kita lalu langsung menghubungkannya dengan agama yang ia peluk dan menarik generalisasi tanpa berusaha mengkritisi yang terjadi?
Bagi saya pemikiran seperti yang saya jabarkan di atas tidak logis sama sekali. Manusia itu munafik berarti. Berkata kau bebas punya agama apapun, tapi kalau bukan agama saya, berarti anda sesat. Maaf saja, tak ada surga untuk anda.
Kalau anda punya jawaban logis yang non-religius atas dilema saya ini, silakan katakan pada saya lewat berbagai SNS yang saya punya. Mari berdiskusi dengan terbuka dan tanpa asumsi, tanpa menyangkut pautkan agama tertentu. Saya beragama dan percaya Tuhan, saya juga percaya bahwa orang-orang bebas menyembah Tuhan dengan cara-cara yang mereka yakini benar. Berhenti sampai di situ. Tak usahlah memandang rendah agama lain tapi memasang topeng menghormati. Harap diingat bahwa pendirian saya tidak berubah: Tuhan hanya satu. Manusia yang berbeda. God is one. It is how we perceive God, that makes God looks different in every angle.
What do you think?
Comments
Post a Comment
Thank you for thinking of leaving a word for me. Yay~ ;)